Review Sepatu Eiger W134 Centaur
Sepatu
merupakan salah satu peralatan yang paling penting dalam kegiatan outdoor,
namun tidak sembarang sepatu dapat kita gunakan dalam kegiatan outdoor
khususnya dalam kegiatan pendakian, walaupun memang ada
beberapa golongan kaum
yang lebih suka menggunakan sandal bahkan sandal jepit. Memang sih sandal jepit itu adem, praktis, ringan, dan tentunya
murah, gak bakal hilang di Sindoro, namun jika merujuk dari segi ke-“safety”-an nya tentu saja sangat kurang,
permukaan kaki yang terbuka lebar tanpa perlindungan tentu sangat mudah cedera,
lecet, dan tentu saja Pacet-Pacet / Lintah akan sangat berterimakasih kepada
anda.
Berdasarkan
pengalaman pribadi, saya pertama kali naik gunung menggunakan sepatu kets
bermerek League, awalnya tidak ada niatan sama sekali saya untuk menjadikan
naik gunung sebagai hobi saya, sehingga saat membeli sepatu ini saya memang
tidak berniat menggunakannya nya untuk nanjak gunung. Sampai akhirnya saat saya
mendaki gunung untuk pertama kali dan tidak ada sepatu trekking yang menemani
kehidupan saya pada waktu itu, maka saya perkosa
si League untuk nanjak, memang empuk selayaknya sepatu kets pada umumnya,
namun karena memang sepatu kets itu model low
atau permukaan atas sepatu tidak menutupi bagian engkel, saya sering
keseleo pada bagian engkel, selain itu karena memang bukan fungsinya untuk
nanjak, sepatu saya tidak tahan lama, cukup dua kali pendakian untuk membuat
sepasang sepatu saya sobek dan memiliki jendela pada ujungnya. Namun karena
memang sepatu trekking lagi mahal-mahalnya, belum lagi Hi-tec yang ikut-ikutan
bang Deuter naikin harga, membuat sepatu kets malang itu masih saya gunakan, hingga akhirnya setelah 4 kali
pendakian dan saya menemukan pengganti
berkat celengan ayam, maka saya pensiun untuk memerkosa dia.
Siapa
Pengganti sepatu League malang itu? ya benar penggantinya adalah EIGER W134
CENTAUR (tenang saya tidak berafiliasi dengan kang Ronny Lukito, CEO Eigerindo,
bertatap mata saja sekalipun saya tidak pernah). Karena memang kebutuhan yang mepet karena sepatu League saya sudah sekarat, maka saat itu saya putuskan
untuk berburu sepatu trekking, ada beberapa pilihan saya waktu itu, mulai dari
sepatu Lokal semacam Rei hingga sepatu impor semacam TNF dan Salomon yang
harganya selangit, saya sempat kepincut dengan sepatu replika yang katanya
grade ori merek TNF dan nyaris membelinya via online, namun dengan pertimbangan
terjaminnya kualitas, dan kecintaan saya pada merek lokal maka saya putuskan
untuk membeli sepatu Eiger,
setelah tiba di Eiger Store, sepatu yang pertama kali saya sentuh adalah Eiger
Wanderlust, namun setelah membaca angka 1.300.000 di tagnya, sepatu bersol Gravity itupun saya letakkan kembali,
sampai akhirnya saya memutuskan untuk membeli sepatu Eiger W134 CENTAUR dengan
mahar Rp.795.000
. Berikut adalah review dari
spesifikasinya,
Paduan cantik antara
lapisan cow suede dan nylon membuat sepatu ini menjadi lebih ringan dibanding
saudaranya Wanderlust yang full cow nubuck, walaupun wanderlust dengan
nubucknya lebih kuat dan terlihat lebih gagah
dan premium. Perlu diketahui
bahwa bahan suede diperoleh pembelahan kulit luar hewan dan diambil bagian
dalamnya, bahan ini sulit dibersihkan dari noda, maka jangan heran di foto
sepatu saya masih terlihat noda lumpur. Bahan suede ini juga relative lebih
murah dari bahan-bahan kulit alami lainnya. melihat spesifikasinya mungkin kata
orang jawa “ono rego ono rupo” (ada harga ada rupa).
2. Brush
Rubber Toe Cap and Heel Counter Piece.
Bagian Toe (ujung sepatu), heel (hak sepatu) dan counter (bagian belakang sepatu) EIGER
W134 CENTAUR dilengkapi bahan brush rubber atau
karet alami tentunya membuat pergerakan menjadi lentur dan tidak kaku namun
tetap aman dan kuat.
3. Waterproof
Function.
Fungsi waterproof yang dimiliki EIGER
W134 CENTAUR cukup mumpuni walaupun tanpa membrane breathable semacam gore-tex, peforma sepatu ini sudah saya
buktikan saat menerjang hujan gerimis di gunung Lawu hingga menerobos kubangan
lumpur gunung penanggungan. EIGER W134 CENTAUR memang tahan dengan tetesan air
hujan dengan intensitas ringan, namun belum tentu hal yang sama akan terjadi
saat hujan dengan intensitas tinggi oleh karena itu saya melakukan beberapa
pengujian di laboratorium bak kamar mandi belakang rumah.
masih oke |
digoyang-goyang juga masih oke |
diguyur air juga masih oke |
coba ditambah airnya ternyata bocor.. bocor.. |
setelah berbasah-basah akhirnya ia berakhir di tali jemuran, satu tips dari saya jika menjemur sepatu sebaiknya tidak langsung dibawah sinar matahari cukup diangin-anginkan saja |
Setelah
beberapa kali proses pengujian dapat disimpulkan bahwa EIGER W134 CENTAUR tidak
full tahan air, pada bagian tongue (lidah sepatu) tidak tahan air ketika hujan
dengan intensitas tinggi atau terendam air, namun bagian selain bagian tongue
sudah tahan air walaupun terendam cukup lama, saya rasa hal itu sudah cukup
bagus untuk kelas sepatu dengan harga yang tidak terlalu mahal, jika anda ingin
sepatu dengan daya tahan terhadap hujan intensitas tinggi, kuat dan tahan di segala
medan silahkan beli SEPATU BOOT.
4. Vibram
rubber outsole.
Sol
EIGER W134 CENTAUR sudah disupport vibram, Bicara masalah vibram tak perlu
diragukan kehandalannya, daya cengkeramnya sudah cukup mumpuni, naik turun
bukit berbatu berkali-kali juga tidak masalah, namun untuk trek berlumpur
dengan kemiringan yang cukup tajam, daya cengkeram masih cukup kurang, namun
dibandingkan sandal jepit tentu masih jauh lebih baik.
KELEBIHAN:
1.Lekukan
sepatu cukup banyak sehingga lebih lentur.
2.Bahan
suede dan nylon membuat sepatu menjadi ringan.
3.Waterproof
(tahan air).
4.Sol
vibram.
KEKURANGAN:
1.Susah
dibersihkan.
2.Tidak
tahan terhadap hujan intensitas tinggi (pada bagian lidah sepatu).
3.Cengkraman
kurang pada trek licin dan berlumpur.
Mantap gan reviewnya. Kebetulan saya juga baru aja nulis reviewnya sepatu ini di blog saya https://goo.gl/Wlp7I0. Iseng-iseng googling eh ternyata agan udah nulis duluan. Btw saya sependapat ama review agan :D
BalasHapus