Kapal
dalam beberapa tahun terakhir ini serasa menjadi momok menakutkan bagi
orang-orang pada umumnya, ya moda transportasi kapal laut memang merupakan
salah satu moda transportasi yang paling sulit dicari informasinya di internet
hingga saat ini, entah karena memang
minim peminat atau bahkan memang tidak ada penggemarnya selayaknya busmania,
railfans maupun infoflyer. Saat ini kita
malah mendengar desas desus bahwa kapal
laut itu menyeramkan, kotor, tidak nyaman dan segala hal buruk yang membuat
kita enggan mengarungi lautan dengannya. Namun apakah tahun 2019 masih seperti
itu? Pertengah Februari 2019 lalu saya berkesempatan menumpang salah satu kapal
milik BUMN negeri PT.Pelni yaitu KM Dorolonda menuju Makassar dari Surabaya.
Awalnya saya cukup susah mencari informasi mengenai cara memesan tiket kapal
pelni, namun setelah saya mengubungi CS PT pelni di Whatsapp dengan sigap
petugas CS membalas dan memberikan informasi yang jelas. Saat ini tiket pelni
dapat dipesan melalui aplikasi di handphone namun hanya terbatas di OS Android.
Pembayaran dapat dilakukan di gerai alfamart dan indomaret serta melalui bank
BRI. Hal ini tentu sangat membantu bagi orang yang pertama kali naik kapal
pelni sepeerti saya ini. Namun hal ini seakan terasa begitu terlambat mengingat
moda transportasi lain seperti KAI sudah menggunakan sistem ini sejak lama dan
melaju pesat meninggalkan moda
transportasi kapal laut ini.
|
Tiket kapal pelni, dapat ditukar di loket resmi pelni di pelabuhan |
Tiket
kapal Dorolonda saya dapatkan seharga 272.000 rupiah untuk perjalanan 27 jam
membelah laut jawa dari pelabuhan Tanjung Perak Surabaya menuju Pelabuhan
Soekarno-Hatta, Makassar. Perjalanan saya mulai setibanya kami di pelabuhan
Tanjung perak, di gerbang pelabuhan kami
dikenakan biaya karcis masuk Rp.3000 , ya seakan masuk ke zaman beheula
dimana masuk ke terminal dikenakan biaya peron. Entah ini pungutan resmi atau
pungutan liar saya tidak berani berspekulasi dini, yang jelas saya tidak
diberikan bukti pembayaran apapun.
Sesampainya di dalam pelabuhan Tanjung Perak sudah tersandar jelas
sebuah kapal bertuliskan “Dorolonda”, saya pun bergumam dalam hati “cakep nih
kapal”, ya kapal pelni tergolong lebih
besar dari kapal penyeberangan milik ASDP, selama ini perjalanan paling jauh
saya hanya melewati selat sunda menggunakan kapal ASDP.
|
KM Dorolonda dari Pelabuhan Tanjung Perak |
Bangunan
pelabuhan Tanjung Perak Surabaya sebenarnya cukup megah,bahkan hampir menyamai
terminal domestik bandara juanda. Saya pun sempat mampir membeli logistik untuk
persiapan selama di kapal, saya mampir ke gerai Alfamart di area pelabuhan, saya
cukup terkejut dengan harga yang dijual di dalam, ya harga yang dijual jauh
lebih mahal sekitar 50 persen dari harga normal. Saran saya lebih baik beli
makanan sebelum sampai di pelabuhan, karena di area pelabuhan semua barang dan
makanan mendadak lebih mahal dan menguras dompet.
|
Hiruk-Pikuk Pelabuhan Tanjung Perak |
Kapal
saya dijadwalkan berangkat pukul 21.00, pukul 19.00 kami menuju area depan
pelabuhan. Di depan pelabuhan sudah berjejer ratusan manusia yang akan naik ke
kapal yang sama, semua mencari spot yang nyaman untuk duduk-duduk. rata-rata
kebanyakan adalah perantau yang ingin kembali ke daerah asalnya, kami pun
berjumpa dengan bang naim, pemuda asal ambon yang kami temui di bus damri saat
menuju ke pelabuhan, saya pun dijanjikan akan dicarikan tempat tidur yang
nyaman, karena menurut ia sistem pembagian tempat tidur adalah sistem siapa
cepat ia dapat, walaupun di tiket tertera nomor dek dan tempat tidur. Pukul
20.00 kami memasuki area check in, kami melewati X-Scanner selayaknya di
bandara, namun nampaknya peralatan
X-Scanner hanya sekedar formalitas dan terlalu berguna, karena jumlah penumpang
yang masuk tak sebanding dengan jumlah X Scanner yang tersedia, selain itu
petugas jaga di areal checkin pun kalah jumlah dengan luapan massa yang ingin
segera naik ke dek kapal. Semua orang yang ada di area check ini terlihat
begitu tidak sabar dan tidak tertib. Ya kalau boleh saya bilang fasilitas yang
baru dan modern belum tentu seiring dengan mental masyarakat. Saya pun ikut
mengantri di barisan check in, barisan orang-orang pun masih belum tertib,
petugas nampak kewalahan mengatasi ketidaktertiban masyarakat negara +62 ini.
“budayakan antri, budayakan tertib!”, sorak petugas berkali-kali, dan nampaknya
para pengguna moda kapal kebanyakan belum mengerti budaya antri, saling serobot
masih menjadi hal yang umum, petugas pun dengan tegas mengusir para penumpang
yang menyerobot antrian. Saya pun sampai di depan meja check in, petugas
berulang kali nampak mengecek tiket dan KTP saya, dan menanyakan nama saya, ya
nampaknya foto KTP saya yang tidak jelas akibat dimakan umur serta perkembangan
wajah saya yang semakin menua, membuat bapak petugas check in curiga. Nampaknya
PT.Pelni sudah meningkatkan pelayanan dan mengurangi potensi percaloan tiket
yang dulu sangat umum terjadi, tentu hal ini menjadi sebuah perubahan yang baik
bagi pelni. Setelah yakin kemudian petugas menstempel tangan saya dan saya pun
menuju ke kapal. Bersama
bang Naim, saya pun mengekor di belakang porter yang rencananya akan mencarikan
spot tempat tidur ternyaman di kapal. namun kami pun sedikit terkejut, petugas nampak
begitu banyak di dek kapal sambil menanyakan nomor tempat tidur kami, para
porter pun juga nampak kebingungan akan peraturan baru ini. Beruntungnya saya
mendapatkan dek 5 yang cukup bersih. Sedangkan bang Naim justru mandapat dek 4
yang dekat sampah dan menjadi sarang tikus. Ya nampaknya PT. Pelni perlu
memikirkan kembali mengenai kenyamanan dan kesehatan penumpang, dek bawah kapal
sangat pengap dan beraroma tidak sedap. Memang sampah tidak boleh dibuang ke
laut, namun sudah sepantasnya juga ditempatkan selayaknya dan tidak mengganggu
kenyamanan dan kesehatan penumpang, tidak terbayang jika tidur di tempat itu
selama berhari-hari.
|
Fasilitas dalam kapal Pelni, kasur dengan matras. |
Pukul
21.00 kapal lepas sandar dari pelabuhan Tanjung Perak. Saya pun segera menuju
tempat tidur dan merapikan barang bawaan. Selain tempat tidur dengan matras
yang lumayan empuk di kapal tersedia kamar mandi umum dengan air terus mengalir
(jangan tanyakan aromanya), makan 3 kali sehari dengan menu dan rasa seadanya,
kantin, musholla yang sangat bersih, siaran TV nasional, serta hiburan berupa
bioskop mini serta live music pada malam hari, tersedia pula air panas gratis,
jadi jika ingin menghemat pengeluaran lebih baik bawa lauk pauk, p*pmie dan
kopi sendiri, karena makanan dan minuman di kapal jauh lebih mahal, kopi kapal
ap* sachetan dihargai 10 ribu per cup, ayam crispy dengan nasi dihargai 35 ribu
per porsi. 27 jam perjalanan di kapal tak ada hal berarti yang saya lakukan
selain tidur dan serta bercengkerama dengan penumpang lain di dek kapal serta
nongkrong di kantin dek atas kapal.
|
Menu makan super seadanya :) |
|
Menu makan dengan susu di pagi hari |
|
Musholla yang bersih dan dingin dengan penyejuk ruangan |
Naik kapal Pelni sebenarnya cukup nyaman
asalkan pesan jauh-jauh hari dan cetak tiket lebih awal agar dapat dek yang
lebih nyaman. Persiapkan logistik yang cukup karena di kapal makanan minuman
sangat mahal. Jangan tergiur tawaran porter untuk dicarikan tempat tidur,
ibu-ibu disamping saya bahkan terkena tarif 150 ribu hanya untuk membawakan
barang dari areal check in ke dek kapal. Bercengkeramalah dengan penumpang
lain, karena yang membedakan kapal dengan transportasi lain adalah rasa
kebersamaan antar penumpang yang tentu saja tak akan terasa di kabin pesawat.
Jadi tak perlu takut naik kapal Pelni!
|
Bonus pemandangan selama perjalanan |
Konten penuh dengan ujaran kebencian
BalasHapusHail satan
dikit lagi udah kaya novel Rinduuu.. BTW UDAH DIBACA YAA MAS YAAA BLOGNYAAAA.. bilang apa?
BalasHapusPermisi mas, ketika kita berbicara tentang jangan takut. Apasih yg bikin kita takut? Mungkin lebih di keamanan dan kenyamanan. Nah, dari narasinya mas mungkin lebih menjelaskan ttg kenyamanan didalam kapal. Mungkin akan lebih baik jika ditambahkan narasi keamanan juga, lebih ke safety bukan security.
BalasHapus*Nb: safety dan security berbeda
Makasih mas