Desa Sembungan : Susah Payah Menuju Desa Tertinggi Jawa

Maret 26, 2014

Destinasi terakhir kami adalah Bukit Sikunir, Bukit Sikunir terletak di desa Sembungan, menariknya desa Sembungan konon kabarnya merupakan desa tertinggi di pulau Jawa, kali ini saya akan mengulas tentang desa Sembungan.

Setelah perjalanan wisata yang cukup melelahkan terlebih sambil menggendong tas Carier segede bagong berisi perkakas rumah tangga mengelilingi kompleks Candi Arjuna dan Kawah Sikidang, kami memutuskan untuk segera melanjutkan perjalanan kami menuju desa Sembungan, tempat transit kami menuju Bukit Sikunir.

Kami sempat bertanya kepada salah satu tour guide yang sedang memandu wisatawan, jarak tempuh antara desa Dieng dengan desa Sembungan memang sedikit jauh, sekitar 30-45 menit menggunakan motor, namun dengan jiwa Bonek ala kampung halaman, kami nekat menempuhnya dengan jalan kaki, kami juga sempat bertanya kepada para tukang ojek tentang bukit Sikunir, eh mereka malah menawarkan jasanya bung! Tips = jika anda ingin jalan kaki, jangan tanya tukang ojek.

jalan menuju desa sembungan
Akhirnya dengan jiwa ksatria pemberani (baca : nekat), kami memutuskan berjalan kaki tentunya untuk menghemat biaya. Dengan sedikit pengalaman mendaki gunung yang saya miliki, saya yakin untuk menempuh perjalanan dengan jalan kaki namun ternyata  Setelah berjalan cukup jauh dan sangat jauh kami cukup kelelahan, ditambah lagi hujan gunung yang cukup deras turun membuat perjalanan menjadi bertambah melelahkan karena suhu udara yang semakin dingin dan lembab cukup membuat nafas tersengal-sengal. Akhirnya kami melihat deretan rumah berjajar diatas, hati kecil kami berkata bahwa itu adalah desa sembungan, namun setelah sampai ternyata desa Sembungan masih cukup jauh! Ah ternyata hati kecil tidak selamanya benar. Tips : jika anda tidak ingin bersusah payah jalan kaki, pakailah jasa tukang ojek! Walaupun harganya cukup mahal, sekitar 50.000 rupiah!



Kamipun melanjutkan perjalanan, hujan pun mengucur semakin deras, mulai terlihat pipa-pipa yang mengalirkan uap panas untuk pembangkit listrik geothermal, kamipun sempat beristirahat di salah satu pos milik perusahaan pembangkit listrik tenaga geothermal sambil menunggu hujan reda, namun waktu yang tidak memungkinkan membuat kami semakin berani untuk menerjang hujan yang turun, hingga kami sampai di ujunglelah, terlintas pikiran sadar untuk menumpang mobil pick up yang sedari tadi lalu lalang, namun entah kenapa semenjak pikiran sadar itu muncul, mobil pick up pun menjadi tidak datang-datang, hati kecil saya pun berbicara jangan-jangan mereka sadar akan pikiran sadar kami sehingga mereka menghindar, Apakah pickup itu hanyalah halusinasi kami? ah saya ingat bahwa hati kecil tak selamanya benar. Akhirnya pickup penantian itu pun datang, rekan bisnis bebek apung saya pun mengacungkan jempolnya tanda menumpang, akhirnya kami pun menumpang hingga desa Sembungan, desa tertinggi Jawa.
eksisme ala mobil bak terbuka



Suasana desa Sembungan ini memang beda dari desa lain dimanapun, desa ini cenderung berkabut dan berembun. Melihat dari ketinggiannya pasti sudah diatas 2300 mdpl sehingga membuat suhu udara sangat dingin dan membuat lantai karamik menjadi basah berembun sepanjang waktu. Penduduknya pun sangat unik dan ramah, para petani disini selalu menggunakan jas hujan tipis untuk bertani, untuk mencegah pakaian mereka basah akibat hujan gunung ataupun embun dari kabut. Mayoritas penduduk desa Sembungan adalah muslim dan terdapat sebuah masjid yang cukup besar untuk ukuran sebuah desa kecil, kami juga sempat menumpang beristirahat di masjid tersebut. Desa Sembungan juga terdapat banyak penginapan dengan harga yang bersahabat sesuai dengan kantong anda, jadi jangan khawatir bagi anda yang tidak ingin ngecamp di Bukit Sikunir atau di camping ground telaga cebongan, sebuah telaga di kaki Bukit Sikunir. Desa Sembungan juga merupakan desa penghasil carica dan kentang.


pemandangan dari masjid desa sembungan

suasana masjid desa sembungan

eksisme dengan latar belakang telaga cebongan
Setelah kami mengunjungi Bukit Sikunir, kami juga mulai berfikir bagaimana cara untuk kembali menuju desa Dieng, kami pun sempat ditanya salah seorang penduduk, “mau ke desa Dieng jalan kaki? Hebat!” kami balas “iya!” dan setelah berjalan beberapa langkah terlihat seonggok pickup yang akan berangkat, sekelejap kami pun berlari menumpang duduk di bak belakangnya. Namun kami hanya diantar sampai desa PHP yang saya ceritakan sebelumnya, selebihnya ya Jalan kaki, ah namun sebanding dengan keindahan Bukit Sikunir dan Desa Sembungan, ya Indonesia!   

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.